Ben Wowor Diusia 94 Tahun Masih Jernih Cerita Sejarah Bangsa -->

Iklan Semua Halaman

Ben Wowor Diusia 94 Tahun Masih Jernih Cerita Sejarah Bangsa

Selasa, 12 Januari 2016
Reporatse sulut- Perayaan HUT ke 94 Ben Wowor yang jatuh pada tanggal 8 Januari 2016 kali ini memang dilaksanakan secara sederhana dirumahnya di Kelurahan Paal 4 Kecamatan Tikala Manado. Acara resepsi mirip semi open house nanti diacarakan pada hari Minggu 10 Januari mengingat pada hari H nya ada kedukaan tetangga yang meninggal. Tapi sejak Jumat, Opa Ben Wowor sebagai salah satu saksi sejarah, pejuang Peristiwa KUDETA 14 PEBRUARI 1946 di Sulut tampak sumringah karena mendapat kunjungan sahabat setianya Uskup Manado Mgr. Yosef Suatan MSC.                       

“Dalam tiga tahun terakhir ini, Ultah pak Ben selalu dikunjungi Uskup dan tante Bian sahabatnya sejak tahun 60 an,” ujar Ramon Wowor anak ketiga. Uskup dalam kapasitasnya sebagai Pemimpin Umat Katolik memberi Berkat Apostolik kepada Ben Wowor yang diwujudkan dengan penyerahan Sertifikat Penganugerahan Berkat Apostolik Katolik. Penganugerahan Berkat ini hanya diberikan kepada secara khusus kepada umat Katolik

Dikatakannya, suasana kunjungan Uskup Manado sangat ceria dan penuh semangat saling bercerita pengalaman hidup. Setelah penyerahan Sertifikat dan doa pemberkatan , Uskup dan staf Keuskupan memberi kue tart Ultah. Usai kangen kangenan, Uskup Mgr Yosef Suatan tampak mengagumi foto foto sejarah Ben Wowor bersama dengan Presiden RI, Soekarno ditahun 1953.  Ada foto Ben Wowor berjabat tangan dengan Bung Karno ketika turun dari mobil. Dibelakang Presiden tampak Kapten CPM Tjokropranolo memberi hormat  (yang kemudian hari jadi Gubernur DKI). Pada foto yang satu lagi , Bung Karno menggandeng tangan Ben Wowor dan berjalan berdampingan menuju panggung untuk menemani berpidato di Lapangan Sparta Tikala. Tampak dalam rombongan penjemput Hein Victor Worang yang kemudian hari jadi Gubernur Sulawesi Utara. Memang pada saat itu Ben Wowor menjabat sebagai salah  satu petinggi Djawatan Penerangan RI dan dipercayakan Pusat sebagai Ketua Panitia Penjemputan Presiden RI waktu itu.   Menurut cucu cucu, yaitu Merty Wowor dan dokter Vawensa Wowor  , pada ultah kali ini dihadiri lengkap keempat anak yaitu Harry dari Makassar, Dei dengan suaminya John Ondang dari Bekasi, Ramon dan istrinya Juke Lengkong serta Patrick dengan istri Dr.Grace Waleleng . Cucu cucu Marsya dan Yudi disertai anak anaknya dari Jakarta sudah datang duluan . Dari Opa bersaudara, masih hidup kakaknya Suster Aldebertha Wowor usia 99 tahun di Surabaya  dan adiknya pematung Michael Wowor di Jakarta. Harry Wowor yang tertua menyebutkan , ayahnya lahir di Ruteng Flores. Dijaman penjajahan, Belanda mengirim orang tua pak Ben ke Flores untuk mengajar. Disanalah kakak beradik Ben Wowor lahir. Sehingga ada keponakan keponakan bermarga Flores. Diantaranya Lexy dan Geriet Hamboer  yang tak  lupa menyampaikan selamat hut ke 94 dari Flores dan Jakarta.

Ucapan selamat via telepon juga dating dari adik Michael Wowor lewat istrinya Paulin Liyu dari Jakarta.  Lewat media social,, cucu Tasya dari Kanada tak lupa menyampaikan selamat kepada Opa Ben tercinta.      
Berbeda pada  Hut ke 93 lalu yang dirayakan semeriah mungkin dengan dihadiri anak anak Pejuang 14 Pebruari 46, kali ini diadakan lewat ibadah sederhana oleh Frater Egy Pangemanan  yang juga putra dari ketua Wilayah Rohani St.Markus, Dei Pangemanan. Suasana jadi  lebih berkesan karena ada calon Pastor yang berasal dari Paal 4 dan sangat diharapkan sang Yubilaris Ben Wowor agar mencapai pentahbisan Imamatnya.
Satu Satunya .

Opa Ben dalam percakapan dengan tamu wartawan dan pengamat budaya Tevri Ngantung, merasa yakin bahwa di Indonesia tinggal dia satu satunya Veteran Pejuang Kemerdekaan RI angkatan 45 Kategori A yang masih hidup. Pemerintah belum begitu maksimal memperhatikan nasib veteran pejuang apalagi yang masuk kategori A.    Para Pejuang Kemerdekaan Angkatan 45 golongan A sudah berusia diatas 90 tahun dan untuk pengurusan Tunjangan Veteran masih dipersulit dengan peratuan regulasi birokrasi berbelit. Veteran yang tertua di Sulut itu, menyatakan,  sudah mengajukan berkas sejak tahun kemarin dan menjelang satu tahun belum diproses. Pihaknya dalam waktu dekat akan mewakilkan kepada salah satu anaknya menanyakan ke kantor Direktorat Veteran dibawah Kementerian Hankam RI di Jakarta. “Jelas bangsa kita tidak sepenuhnya menghargai jasa jasa para pejuang,” ujar tokoh pejuang dan penulis beberapa buku sejarah, diantaranya Peristiwa Heroik 14 Pebruari 1946, Sulut Bergolak.   

Opa Ben Wowor yang sangat akrab digandeng saat kunjungan Presiden Soekarno di Sulut tahun 1953 itu, menunggu uluran perhatian dari Presiden RI,Ir Jokowi yang diusung PDI-P dengan Ketuanya Megawati Soekarnoputri.  Ia sudah rutin mendapat Dana Kehormatan tiap bulan dan ternyata ada haknya Tunjangan Veteran yang belum diperolehnya. Padahal PP nya sudah turun sejak sepuluh tahun lalu, belum sepenuhnya Undang Undang Veteran itu bisa menjangkau para veteran pejuang yang sudah uzur.  Maklum, para veteran yang memperjuangkan kemerdekaan RI sejak 70  tahun lalu . banyak yang sudah tidak mampu berjalan, pikun, rabun dan tuli  kurang dipedulikan berbagai elemen bangsa ini (tevri ngantung)