Reportase Sulut.com - Kepolisian
Kawasan Pelabuhan Samudera (KPS) Bitung, Sabtu siang (23/01), Pukul 13.00 Wita,
berhasil menggagalkan perdagangan manusia yang akan diberangkatkan ke Daerah
Luwuk Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah, Minggu (24/01).
Terungkapnya kasus trafficking dikawasan Pelabuhan
Samudera Bitung, karena Polisi KPS memperketat pintu masuk terminal penumpang,
sehingga diwaktu pemeriksaan tiket, beberapa anggota KPS sempat mencurigai dua
orang perempuan sedang membawa empat gadis yang masih dibawah umur (ABG).
Hasil kecurigaan mereka pun akhirnya membuahkan
hasil. Pasalnya, saat dilakukan introgasi, ke empat gadis ABG memberikan keterangan
yang berbeda – beda (Bertentangan), sehingga petugas langsung membawa mereka ke
Sektor KPS untuk dilakukan periksaan lebih lanjut.
“Dari hasil pemeriksaan Team Reskrim KPS Bitung, ditemukan
barang bukti berupa enam lembar tiket dan uang sebanyak Rp 440.000,00. Dimana, tiket
tersebut tercantum ada enam nama yang akan berangkat ke Luwuk Banggai dengan
Kapal KM Dorolonda. Ke enam nama itu, dua diantaranya merupakan perekrut gadis –
gadis ABG yang akan dipekerjakan sebagai ledis disalah satu café Tiara yang
berada di Luwuk Banggai”.
Kapolres Bitung, AKBP Reindolf Unmehopa SIK SH
melalalui Kapolsek KPS Bitung, AKP Dermanto Nasirun SPd menjelaskan, anehnya, bahwa
keberangkatan ke empat gadis masih ABG tidak membawa pakaian dan perlengkepan apapun
(Pakaian – Red) hanya baju dan celana dibadan serta tidak ada ijin dari orang
tua.
Nama ke empat gadis ABG masing – masing, DT alias
Dian (18), warga Tondano, MN alias Monica (17), warga Tondano, MR alias Meylan
(18), warga Tondano, AS alias Anggel (18), warga Tondano. Sedangkan dua orang
perekrut yaitu, Patresia Lendeng (19), warga Kelurahan Aertembaga, Kecamatan Aertembaga dan Mardiah
Banteng (20), warga Tondano, ujar Dermanto.
Pihak kami akan mendatangi
pemilik Café Tiara bernama Mr X, yang merupakan sumber dana lewat pengeriman rengkening
milik Patresia Lendeng (19). Kami meminta kepada orang tua yang memiliki anak
gadis, agar selalu menjaga dan mengawasi pergaulan anak mereka diluar. Takutnya
akan terjadi seperti ini, hanya karena diiming – iming dengan uang banyak,
akhirnya terjerumus didunia lembah hitam, pungkas Dermanto.