Reportase Sulut.com - Sebagai
bangsa, kita telah ternoda, terjerumus dan terpuruk pada posisi yang rendah di
mata dunia. Catatan buruk tentang korupsi telah menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang terkorup, Kamis (24/03).
Ketidak jujuran menyebabkan
bangsa kita diragukan oleh lembaga - lembaga dunia, sehingga menyebabkan
penderitaan rakyat dan melengkapi citra buruk bangsa ini.
Akankah semua ini berlarut – larut,
sanggupkah kita tahan lebih lama lagi, inginkah kita mengubah keadaan ini dan
membuatnya segera, harapan
untuk menjadi lebih baik selalu ada tapi bagaimana caranya ??.
Diera teknologi informasi
komunikasi dan intelegensi ini tentunya kita menyadari bahwa dunia sudah
tidak dapat dibatasi lagi dengan ruang dan waktu. Dengan adanya teknologi ini
maka kita dapat memulai susuatu dari mana saja kita berada melalui alat - alat
komunikasi yang kita miliki (iPad, Tab, HP, BB, Laptop dll).
Melalui alat - alat ini kita dapat
mempengaruhi diri sindiri, keluarga, masyarakat dan bahkan bangsa kita melalui
media komunikasi yang kita miliki, baik untuk masyarakat dunia nyata maupun
masyarakat dunia maya (Cyber Community). Konten - konten yang positif dan
membangun dapat kita gunakan sebagai media pembelajaran bagi anak bangsa
sebagai pemelajar.
Dalam konteks
memperbaiki keadaan yang sudah buruk sekarang ini, maka akhlak mulia merupakan
bagian dari keadaan yang dapat diperbaiki. Hal ini merupakan ekspresi, ataupun
manifestasi, dari suasana batin manusia, mengandung perwujudan dari alur
kesadaran, pengertian, kognitif dan afektif, dan bermuara pada psikomotorik.
Akhlak mulia dapat dibangun secara individu ataupun kelompok
yang berbasis orang-perorangan, masyarakat, lembaga - lembaga resmi kenegaraan,
komunitas melalui jalur pendidikan formal, informal maupun non formal.
Menapaki jalan - jalan
dalam kehidupan ini, melewati tingkatan usia yang dikaruniai sang khalik, umur
manusia itu tidak dapat diketahui sampai berapa panjang. Marilah kita penuhi
dengan perbuatan yang membentuk jati diri dan citra yang positif, bukannya
negatif, serta mengisinya dengan perilaku yang terhormat, karena inilah hakekat
hidup yang sesungguhnya.
Menghadapi
pesta demokrasi di Indonesia, yakni momentum memilih representasi atau
keterwakilan kita di legislatif dan eksekutif tingkat daerah hingga ke
nasional, sudahkah kita menentukan pilihan yang tepat dengan cara yang tepat
pula, sesuai dengan hati nurani kita yang berniat untuk membalikkan
keterpurukan bangsa ini? Ataukah kita harus menyerah pada realita kekinian yang
penuh manipulasi dan ketidak jujuran dan membiarkan bangsa ini menderita, semua
itu ada pada diri saudara.
“Kebutuhan
terbesar dunia ini adalah: kebutuhan akan manusia yang tidak
dapat diperjual-belikan, manusia yang dalam sanubarinya setia dan jujur,
manusia yang tidak segan menyebut dosa itu dosa, manusia yang angan-angan
hatinya setia kepada tugas seperti jarum menunjuk ke kutub dan manusia yang mau
berdiri demi kebenaran walau langit runtuh sekalipun.”