Reportasesulut.com - Berbicara tentang kesatuan dan persatuan, kemajemukan harus diterima,
karena itu ada dalam benak para pendiri bangsa ini.
Namun,
terjadi sekarang, justru
sentimen suku, agama dan ras selalu menjadi isu sensitif
dalam hal apapun yang dapat menimbulkan konflik, Jumat (18/04).
Penyampaian ini diungkapkan oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Asosiasi
Pastoral Indonesia (API), Pdt Dr Daniel Susanto MTh, saat membuka dan memberikan
sambutan dalam kegiatan Konvensi Pastoral Tahun 2017, di Gedung Graha Bumi Beringin Sulawesi Utara,
Kamis kemarin
(17/04).
Dalam
menyikapi isu sosial yang terus beredar kepada masyarakat, konvensi
dilaksanakan dengan tujuan, agar masyarakat dapat merawat kemajemukan dan dapat
terhindari dari perpecahan bagi persatuan bangsa
“,
ujarnya.
“ Indonesia merupakan masyarakat yang beraneka ragam, baik
secara kultur maupun secara bahasa, dan memiliki ribuan pulau terletak dari Sabang
sampai Merauke “, sambungnya.
Berkaitan dengan implementasi injil untuk menjaga, memelihara dan membangun kehidupan sosial serta
lingkungan yang mendatangkan damai dan sejatera manusia di
bumi, lebih khususnya Sulut.
jelasnya.
Jika
menjadikan agama sebagai aspirasi, maka akan banyak kelompok merasa paling benar saat
menyampaikan seminar didepan peserta mengikuti seminar itu.
Mereka (Red - Pendiri Bangsa) sangat visioner, sehingga menciptakan semboyan Bhineka Tunggal Ika “
Berbeda
- Beda Tetap Satu “,
tungkasnya.
Tampak hadir dalam kegiatan yakni, Gubernur Sulut, Olly Dondokambey, Asops Danlantamal VIII Manado, Kolonel Laut (P) Agustinus M Susanto SW, Ketua Umum Panitia, Ny
Rita Dondokambey - Tamuntuan, Ketua Harian, Rita Mantiri - Tangkudung dan tamu
undangan.
Adapun seluruh rangkaian kegiatan konven nasional tersebut,
ditutup dengan pemukulan Tatengkoren oleh Gubernur Sulut, Olly Dondokambey dan foto bersama.