Reportasesulut.com-
![]() |
Selamat Jalan Sinyo Harry Sarundajang |
Duta Besar (Duta besar) Indonesia untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang meninggal dunia. Selain dikenali sebagai duta besar, Sinyo Harry pernah jadi kepala wilayah.
Diambil dari situs Dewan Jurnalis, Sinyo Harry mempunyai background pengajaran S2 Pakar Administrasi Teritorial pada Institute International Administration Publique Francis dan doktor Pengetahuan Politik UGM dan doctor honoris causa sektor perdamaian dari UIN Malang.
Ia mengawali profesi birokrasi sebagai Kepala Agen Pemerintah di Setda Propinsi Sulawesi Utara pada 1977. Seterusnya sebagai Penjabat Sekretaris Daerah Wilayah Tingkat II Minahasa pada 1978.
Memegang Sekretaris Daerah Wilayah Tingkat II Minahasa (untuk masa yang ke-2 ) pada 1983. Memegang sebagai Wali Kota Administratif Bitung pada 1986, Wali Kota Wilayah Tingkat II Bitung pada 1990-2000 (dua periode).
Pada 1999 jadi Ketua Harian Tubuh Pengurus Teritori Peningkatan Ekonomi Terintegrasi Manado Bitung sampai 2000. Jadi Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri pada 2001-2015. Disamping itu, ia merangkap sebagai Penjabat Gubernur Maluku Utara pada 2002 dan Penjabat Gubernur Maluku pada 2003.
Lalu jadi Gubernur Sulawesi Utara sepanjang dua masa, pada 2005-2015. Di tengah-tengah periode kedudukannya sebagai Gubernur, ia jadi Ketua Umum Panitia Wilayah penyelenggaraan World Ocean Konferensi (WOC), Coral Triangle Initiative Summit (CTI), dan Sail Bunaken pada 2009.
Kecuali kedudukan sebagai kepala wilayah, ia aktif menulis buku, diantaranya 'Pemerintah Wilayah di Bermacam Negara' (1997), 'Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Wilayah' (1999), 'Birokrasi dalam Otonomi Wilayah, Usaha Menangani Kegagalannya' (2003), 'Pilkada Langsung' (2003), 'Sistem Pemerintah Wilayah' (2005), 'Geostrategis Sulawesi Utara Ke arah Pintu Gerbang Indonesia di Asia Pasifik' (2012), dan 'Poros Maritim dan Ekonomi Baru Periode Depan Indonesia' (2015).
Pada 2013, dia terima Karunia Pena Emas PWI atas usaha yang dilaksanakan sebagai kepala wilayah dalam tingkatkan kualitas kehidupan jurnalis di Sulawesi Utara. Ia juga jadi anggota Dewan Jurnalis.
Pada 2018, Sinyo Harry Sarundajang dikukuhkan Presiden Joko Widodo, Sinyo menjabat Duta besar RI untuk Filipina merangkap Kepulauan Marshall dan Republik Palau.
Berita meninggal dunianya Sinyo Harry ini sudah diverifikasi oleh Kemlu.
"Benar (Sinyo Harry Sarundajang wafat dunia)," kata Direktur Jenderal Info dan Diplomasi Khalayak Kemlu Teuku Faizasyah ke reporter, Sabtu (13/2/2021).
Sinyo Harry Sarundajang mengembuskan napas paling akhir di Jakarta pagi hari barusan. Faizasyah menyebutkan Sinyo Harry Sarundajang wafat karena sakit.
"Wafat di Jakarta awal ini hari," tutur Faizasyah.
Duta Besar (Duta besar) Republik Indonesia untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang wafat pukul 00.31 wib, pada Sabtu 13 februari 2021 pagi hari di Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi, Jakarta.
Sinyo memegang sebagai Duta besar RI untuk Filipina merangkap Kepulauan Marshall dan Palau semenjak 2018 sampai 2021.
Berita duka ini dibetulkan oleh Juru Berbicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Teuku Faizasyah.
"Ya, betul wafat jam 00.30 WIB," kata Faizasyah saat diverifikasi Kompas.com, Sabtu pagi.
Nama Sarundajang tidak cuman dikenali sebagai Duta besar RI untuk Filipina.
Dia dikenal juga sebagai Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) pertama opsi rakyat dan anggota Dewan Jurnalis dari elemen figur warga.
Dia dijumpai pernah mengikut pakta capres Partai Demokrat tahun 2013. Waktu itu, Sarundajang menyebutkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mendorongnya mengikut gelaran penyeleksian intern partai untuk dimajukan sebagai presiden.
"Saya berasa ini sebuah surprise. Apa saya dapat? Tetapi, saya juga mengetahui jika ini sebuah kehormatan karena sudah dipercayai oleh SBY untuk turut pakta," tutur Sarundajang pada acara pisah menyambut tiga anggota pimpinan Muspida Sulut yang diadakan di dalam rumah dinas Gubernur Sulut, Sabtu (28/8/2013) malam.
Dia juga berangan-angan, jika menang di pakta, dianya ingin menggandeng Joko Widodo sebagai cawapres untuk maju pada Pemilihan presiden 2014.
Hal tersebut sekalian memverifikasi jika dianya tidak mempunyai gagasan untuk maju sebagai calon wakil presiden pada masa 2014-2019.
"Saya dekat sama Bu Mega (Ketua Umum PDI-P), Jokowi jadi wakil saya, bolehlah," kata Sarundajang di Sekretariat Pakta Demokrat, Jakarta, Rabu (8/1/2014).
Pengajaran dan perjalanan profesi
Diambil situs Dewan Jurnalis, Sinyo mempunyai background pengajaran S2 Pakar Administrasi Teritorial pada Institute International Administration Publique Francis.
Disamping itu, dia raih gelar Doktor Pengetahuan Politik dari Kampus Gadjah Mada (UGM) dan Doktor HC Sektor Perdamaian dari UIN Malang.
Sinyo memulai profesi birokrasinya sebagai Kepala Agen Pemerintah di Setda Propinsi Sulawesi Utara 1977.
Setahun selanjutnya, dia meneruskan sebagai Penanggung Jawab Sekretaris Daerah Wilayah Tingkat II Minahasa.
Selanjutnya, Sinyo memegang sebagai Sekretaris Daerah Wilayah Tingkat II Minahasa untuk masa ke-2 pada 1983.
3 tahun selanjutnya, dia jadi Wali Kota Administratif Bitung.
Seterusnya, dia jadi Wali Kota Wilayah Tingkat II Bitung dua masa, yakni pada 1990-2000.
Pada 1999, Sinyo jadi Ketua Harian Tubuh Pengurus Teritori Peningkatan Ekonomi Terintegrasi (Kapet) Manado Bitung sampai tahun 2000.
Sinyo sempat juga jadi Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri pada 2001-2015. Dia merangkap sebagai Penanggung Jawab Gubernur Maluku Utara pada 2002 dan Penanggung Jawab Gubernur Maluku pada 2003.
Gubernur pertama opsi rakyat
Sinyo Harry Sarundajang dijumpai adalah figur Gubernur Sulawesi Utara pertama opsi rakyat.
Diambil Tribunenews.com, dia jadi Gubernur Sulut sepanjang dua masa, yakni 2005-2010 dan 2010-2015. Sinyo diputuskan sebagai gubernur oleh rakyat Sulut pertama kali pada 21 Juli 2005.
Saat itu, sukses dipilih pasangan Sinyo Harry Sarundajang sebagai Gubernur Sulut dan FH Sualang sebagai Wakil Gubernur Sulut untuk periode bakti 2005-2010.
Pada periode kepimpinan itu, Sulut ketambahan empat kota dan kabupaten baru di tahun 2007.
Wilayah yang diartikan yakni Kota Kotamobagu, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolmong Utar, dan Kabupaten Siau Tagulandang Biaro.
Setahun selanjutnya, masih di periode kepimpinan Sinyo, Sulawesi Utara kembali ketambahan dua kabupaten baru, yakni Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
Prestasi untuk Sulut
Sepanjang 10 tahun pimpin Sulawesi Utara, Sinyo Sarundajang populer dengan segudang prestasi.
Prestasi yang paling dikenali yakni melangsungkan beberapa moment tingkat nasional internasional, salah satunya World Ocean Konferensi (WOC) yang mana dianya jadi Ketua Umum Panitia Wilayah, Sail Bunaken, dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit.
Disamping itu, dia sukses bawa Sulut raih beberapa prestasi, diantaranya penilaian Lumrah Tanpa Pengecualian (WTP) oleh Tubuh Pemeriksa Keuangan (BPK).
Menuntaskan kekacauan di Maluku dan Maluku Utara
Diambil Tribunenews.com dari situs fkub.org, Sinyo Harry Sarundajang bercerita kisah hidupnya dalam menuntaskan kasus kekacauan di Maluku dan Maluku Utara.
Saat itu, Sinyo diperintah oleh Megawati Soekarnoputri yang memegang sebagai wapres untuk menuntaskan kasus di Maluku Utara dan Maluku.
Wilayah itu dijumpai telah empat 1/2 tahun terjadi perselisihan. Tujuh Panglima TNI dan empat Kapolda dijumpai tidak dapat menuntaskan kekacauan di dua Maluku itu.
Sinyo Harry Sarundajang juga pergi ke wilayah perselisihan dan menuntaskan kasus itu dalam waktu 11 bulan.
Sinyo sanggup menangani permasalahan kekacauan itu dengan masih sesuaikan budaya dan kearifan lokal warga.
Dia usaha menuntaskan perselisihan dengan menyaksikan akar persoalan yang sebenarnya.
Kesuksesannya Sinyo Sarundajang dalam bawa visi perdamaian itu juga ikut dihargai beberapa figur agama.
Beberapa figur muslim di Maluku menyebutkan Sinyo sebagai Panglima Laskar Jihad Maluku. Figur Kristen menyapanya sebagai Malaikat Kecil.
Lepaskan WNI dari Abu Sayyaf
3 tahun selesai jadi Gubernur Sulawesi Utara, pada 2018, Sinyo ditugaskan sebagai Duta Besar RI untuk Filipina.
Setahun memegang sebagai duta besar, dia dites adanya penyanderaan WNI oleh barisan Abu Sayyaf di Filipina.
Diambil Kompas.com, 27 Desember 2019, Sinyo sukses mengantar pulang 2 orang yang disandera barisan Abu Sayyaf, yakni Maharudin Lunani dan Samiun Maneu.
Dijumpai, waktu itu 3 orang WNI dicuri saat cari ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia, pada September 2019.
Ke-3 nya ialah Maharudin Lunani (48) dan anaknya, Muhammad Farhan (27); dan crew kapal Samiun Maneu (27). Ke-3 nya berawal dari Baubau dan Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Anggota Dewan Jurnalis
Diambil situs Dewan Jurnalis, Sinyo adalah anggota Dewan Jurnalis dari elemen figur warga. Saat hidup, Sinyo aktif menulis.
Beberapa buku yang sudah ditulisnya diantaranya Pemerintahan Wilayah di Bermacam Negara (1997), Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Wilayah (1999), Birokrasi dalam Otonomi Wilayah, Usaha Menangani Ketidakberhasilan (2003), Pemilihan kepala daerah Langsung (2003), Mekanisme Pemerintah Wilayah (2005), Geostrategis Sulawesi Utara Ke arah Pintu Gerbang Indonesia di Asia Pasifik (2012), dan Kutub Maritim dan Ekonomi Baru Periode Depan Indonesia (2015).
Pada 2013, dia terima Karunia Pena Emas PWI atas usaha yang dilaksanakan sebagai kepala wilayah dalam tingkatkan kualitas kehidupan jurnalis di Sulawesi Utara.
(Kumpulan Berbagai Sumber)