Kabarasan di Tengah Hiruk Pikuk Pengunjung Benteng Moraya -->

Iklan Semua Halaman

Kabarasan di Tengah Hiruk Pikuk Pengunjung Benteng Moraya

Minggu, 02 Januari 2022
Laporan : Hamzah Alo Thayeb

Minahasa,reportasesulut.com - Tarian perang Kabasaran adalah tarian yang banyak digunakan untuk penyambutan tamu dan kerap dipertontonkan pada saat hari-hari besar maupun pada acara-acara daerah. 

Para penari berwajah garang dengan mara melotot lengkap dengan pakaian serba merah, membuat kesan garang prajurit Minahasa zaman dulu. Meski mirip dengan tarian Cakalele dari Maluku, namun tarian ini memiliki sejarah sendiri di Tanah Minahasa.
Tidak lengkap rasanya kalau ke Kota Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara kalau belum mampir di tempat wisata Benteng Moraya.

Daerah Tondano ini merupakan daerah pegunungan berhawa dingin dan sejuk. Uniknya lagi walau di daerah pegunungan di Tondano ini terdapat sebuah Danau yang sangat luas Danau Tondano namanya. 

Benteng Moraya sendiri disaat saat libur seperti ini banyak pengunjung yang sekedar jalan jalan atau berfoto ria di beberapa situs sejarah Minahasa.
Ada apa sih di area benteng Moraya ini? Yah selain benteng disini terdapat beberapa penari Kabasaran yang berpakaian perang serba merah dengan aksesori topi bulu burung, kalung tengkorak monyet, parang/senjata tradisional dengan raut wajah yang seram. Mereka disini biasa menawarkan jasa foto bersama maupun foto memakai baju Kabasaran ini. Selain itu juga ada orang yang menawarkan berfoto bersama Burung Manguni alias burung Hantu. 

Burung hantu sendiri di tanah Minahasa merupakan sosok binatang yang amat dihargai oleh masyrakatnya karena dianggap sebagai pembawa kabar baik. Bahkan burung Manguni ini dijadikan simbol dan logo daerah di Sulawesi Utara dan bahkan dijadikan sebagai simbol organisasi GMIM (Gereja Masehi Injili Minahasa).

Di keramaian pengunjung terlihat sekelompok orang yang melakukkan foto bersama penari penari Kabasaran, salah satu penari Kabasaran Robby Rumagit saat ditemui reportasesulut.com mengatakan kalau dihari hari libur seperti ini berkat yang didapat dari pengunjung abtara 400 sampai 500 ribu per hari.

"Biasanya disaat libur bisa dapat 400 - 500 ribu perhari, kalau hari biasa 100 - 200 perhari" katanya.

Sekali foto itu biasanya di bayar 10 ribu per orang sekali foto, sementara untuk atribut kabasaran sendiri diupayakan sendiri oleh Robby.

"Pakaian ini kita sendiri yang upayakan termasuk aksesoris yang di perlukan untuk menambah eksotis baju Kabasaran" terang Robby lagi.

Terpisah, Kristian Masengi yang berprofesi sama dengan Robby malah berharap agar Pemerintah Daerah untuk lebih memperhatikan keberadaan mereka sebagai penari Kabasaran yang setiap hari memperkenalkan tarian daetah ini kepada pengunjung.
"Pemerintah Daerah kalau boleh perhatikan keberadaan kita disini, paling tidak meringankan biaya untuk pengadaan atribut Kabasaran ini, karena untuk biaya satu atribut Kabasaran ini saja bisa mencapai 5 -6  jutaan" ungkap Kristian.

Mereka juga menjelaskan disaat kurang pengunjung biasanya mereka beralih profesi sebagai kuli bangunan proyek untuk menutupi kebutuhan sehari hari mereka.

Terlepas dari keluh kesah mereka, mereka adalah pahlawan devisa dan budaya untuk daerah terutama memperkenalkan secara luas kepada masyarakat dunia tentang apa itu Kabasaran di tanah Minahasa.